Selasa, 25 Mei 2010

Asuhan Keperawatan (askep)


Asuhan Keperawatan (askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda.

PILIHAN TEPAT MENCARI ASUHAN KEPERAWATAN DI ILMUKEPERAWATAN.COM

TERDAPAT 388 ASKEP SIAP DOWNLOAD SIAP DIGUNAKAN

Perawat sebagai seorang anggota tim kesehatan, dalam memberikan askep (asuhan keperawatan) terhadap klien haruslah dapat memberikan informasi tentang klien yang dirawatnya secara akurat dan komplit dan dalam waktu dan cara yang memungkinkan. Seorang klien tergantung pada pemberi perawatan untuk mengkomunikasikan kepada yang lainnya untuk memastikan mutu terbaik dari perawatan.

Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan kesehatan saat ini. Edelstein (1990) mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau dicetak yang dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah menggambarkan secara komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien, boleh dikatakan seluruh tindakan yang diberikan untuk perawatan klien. Pendokumentasian yang baik harus menggambarkan tidak hanya kualitas dari perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggung jawaban anggota tim kesehatan lain dalam pemberian perawatan.

Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fischbach, 1991)

Beberapa jenis catatan digunakan sebagai alat komunikasi untuk menginformasikan keadaan klien. Meskipun setiap perusahaan menggunakan format yang berbeda, seluruh catatan mengandung informasi yang mendasar, yaitu :

1. Identifikasi klien dan data demografis

2. Informed Consent untuk tindakan

3. Riwayat keperawatan

4. Diagnosa atau masalah keperawatan

5. Rencana keperawatan (Nursing Care Plan)

6. Catatan tindakan keperawatan dan evaluasi

7. Riwayat medis

8. Diagnosa medis

9. Pesanan terapi

10. Catatan perkembangan medis dan kesehatan

11. Laporan pengkajian fisik

12. Laporan diagnostik studi

13. Rangkuman prosedur operasi

14. Rencana pulang dan rangkuman

Di Indonesia tenaga keperawatan merupakan tenaga kesehatan yang cukup besar jumlahnya dan memiliki tugas dan intensitas waktu kontak dengan pasien yang relatif banyak dibandingkan tim kesehatan lain, serta melaksanakan dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab berdasarkan kompetensi pendidikan yang didapatkan.
Kompetensi dan kewenangan tersebut menunjukkan kemampuan yang profesional yang merupakan standar profesi tenaga kesehatan sehingga mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi kondisi pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat dan tim kesehatan lain

Dalam era modern seperti sekarang ini tuntutan profesionalisme semakin menguat, demikian juga terhadap keperawatan dengan kondisi klien dan keluarga yang semakin kritis terhadap upaya pelayanan kesehatan terutama bidang keperawatan.

Perawat sebagai garda terdepan dari pelayanan kesehatan dan sebagai mitra dokter (bukan sebagai pembantu dokter) sudah seharusnya mampu untuk memberikan pelayan kesehatan secara maksimal dengan didukung dengan ilmu pengetahuan kesehatan terutama ilmu keperawatan

Pada kesempatan ini ilmukeperawatan.com hadir dengan memberikan sedikit dari begitu banyaknya ilmu keperawatan

ilmukeperawatan.com mencoba hadir dengan ilmu keperawatan walaupun tidak dapat menghadirkan semua ilmu tentang perawatan klien dari berbagai jenis klasifikasi mulai dari klasifikasi penyakit dalam, bedah, anak, kebidanan, gawat darurat, tht, mata, saraf, yang diulas dengan gamblang tentang bagaiman perawatan klien yang meliputi tinjauan teori definisi, penyebab, tanda dan gejala, patifisiologi, pathways, komplikasi, pemeriksaan fisik, penatalaksanaan medis, penatalaksanaan keperawatan : pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dari berbagai literatur.

Apasaja yang ada di ilmukeperawatan.com dapat dilihat pada menu disamping, materi juga dapat didownload sebagai bacaan atau sebagai panduan dalam keperawatan.

ASKEP SIFILIS



ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN SIFILIS

A. KONSEP DASAR

I. DEFINISI

Sifilis adalah penyakit infeksi oleh treponema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan eksasarbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem kardiovaskuler, otak dan susunan saraf, srta dapat terjadi sifilis kongenital.

II. KALSIFIKASI

1. Menurut WHO

a. Sifilis Dini

Dapat menularkan penyakit karena terdapat treponema pallidum pada lesi kulitnya.

b. Sifilis Lanjut

Tidak menular karena Treponema pallidum tidak ada.

2. Secara Klinis

a. Sifilis Kongenital

Penularan intrauterin setelah pembentukan plasenta (bulan ke V kehamilan) tidak berakibat keguguran awal / prematur, tetai dapat menyebabkan bayi lahir mati.

b. Sifilis Akuisita

Penularan dengan senggama, melalui luka mikroskopik, karena kuman tidak menembus kulit / mukosa –setelah masuk jaringan, segera melakukan pembiakan dan masuk saluran limfatik sehingga dalam 24 jam sudah didapati dalam kelenjar limfatik regional.

Stadium I

Terjadi 7 hari sampai 3 bulan setelah invasi kuman, berupa nodulsoliter pada penis, vulva, serviks atau ekstragenital, yang kemudian membentuk ulkus durum dengan tepi meninggi dan tidak dirasa nyeri.

Stadium II

Terjadi 2 sampai 12 minggu setelah ulkus durum, sebagai lesi mukokutan yang menyeluruh tubuh disertai limfa denopati generalisata, demam, rasa lesu dan sekita kepala.

Stadium III

Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3 – 7 tahun setelah infeksi.

c. Sifilis Kardiovaskuler

Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup. Tanda-tanda sifiliis kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta atau aneurisma berbentuk kantong pada arota torakal.

Umumnya bermanifestasi 10 – 20 tahun setelah interaksi, seumlah 10 % pasien sifilis akan mengalami fase ini. Pria dan orang denga kulit warna lebih banyak terkena, jantung pembuluh darah, yang terkena terutama yang besar. Kematian pada sifilis terjadi akibat kelainan sistem ini.

d. Neurosifilis

Umumnya bermanifestasi dalam 10 – 20 tahun setelah terinfeksi. Kelainan ini lebih banyak didapat pada orang kulit putih. Neurosifilis dibagi menjadi :

1. Neurosifilis Asimtomatik

Pemeriksaan serologi reaktif tidak ada tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes serologi reaktif.

2. Neurosifilis Meningovaskuler

Terdapat tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat, berupa kerusakan pembuluh darah serebrum, infark dan ensefalomalasia dengan tanda-tanda adanya fokus neurologis sesuai dengan ukuran dan lokasi lesi. Pemeriksaan sumsum tulang beakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes serologi reaktif.

3. Neurosifilis Parenkimatosa, yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis.

Paresis :

Tanda dan gejala paresis sangat banyak dan selalu menunjukkan penyebaran kerusakan parenkimatosa perubahan sifat diri dapat terjadi, mulai dari yang ringan hingga psikotik. Terdapat tanda-tanda fokus neurologis. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes serologi reaktif

Tabes dorsalis :

Tanda dan gejala pertama tabes dorsalis akibat degenerasi kolumna posterior adalah parestesia, ataksia, arefleksia, gangguan kandungan kemih impotensi, dan perasaan nyeri seperti dipotong-potong, pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang abnormal pada hampir semua penderita dan pemeriksaan serologis sebagian menunjukkan reaktif.

III. ETIOLOGI

Treponema pallidum yang termasuk ordex sirochaetaeas, familli Treponematoceae.

IV. PATOFISIOLOGI

Treponema

Selaput lendir yang utuh / kulit dengan lesi.

Peredaran darah / semua organ tubuh

Masa inkubasi ( ± 3 minggu)

Makula

Papula

Ulkus yang berisi jaringan nekrotik.

Sifilis

V. DIAGNOSIS TEST

Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus di konfirmasikan dengan pemeriksaan laboratorium berupa :

1. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field).

2. Mikroskop fluoresensi.

3. Penentuan antibodi di dalam serum.

Beberapa tes yang dikenal sehari-hari yang mendeteksi antibodi non spesifik,akan tetapi dapat menunjukkan reaksi ddengan IgM da juga IgG, ialah :

a. Tes yang menentukan antibodi non spesifik.

- Tes Wasserman.

- Tes Khan

- Tes VDRL ( Venereal Diseases Research Laboratory).

- Tes RPR (Rapid Plasma Reagin).

- Tes Automated Reagin.

b. Antibodi terhadap kelompok antigen yaitu tes RPCF (Reiter Protein Complement Fixation)

c. Yang menentukan antibodi yaitu :

- Tes TPI (Trponema Pallidum Immobilization)

- Tes FTA ABS (Fluorecent Treponema Absorbed).

- Tes TPHA ( Treponema Pallidum Haemagglutination Assay)

- Tes Elisa (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay).

VI. KOMPLIKASI

VII. MANIFESTASI KLINIS

- Tukak - Demam

- Lesi - Anorexia

- Pada pria selalu dis ertai pembesaran kelenjar limfe ingunal medial unilateral / bilateral

- Terjadi kelainan kulit yaitu timbul berupa makula, postul dan rupia.

VIII. PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa

Sifilis Primer dan Sekunder

- Penisilin benzalin 6 dosis 4,8 juta unit injeksi intramuskular (2,4 juta unit / kali) dan diberikan satu kali seminggu, atau.

- Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi inframuskular sehari selama 10 hari, atau

- Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit / kali sebanyak 2 kali seminggu.

Sifilis Laten

- Penisilin Benzatin 6 dosis total 7,2 juta unit, atau

- Penisilin 6 prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari) atau

- Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu).

Sifilis Stactom III

- Penisilin benzatin 6 dosis total 9,6 juta unit, atau

- Penisilin 6 prokain dalam aqua denga dosis total 18 juta unit (600.000 unit sehari) atau

- Penisilin prokain ± 2 % aluminium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (dibeirkan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu).

Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan :

- Tetrasiklin 5000 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau.

- Eritromisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau.

Untuk pasien sifilis laten lanjut (71 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat dierikan :

- Tetrasiklin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari, atau

- Eritrmisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari

“Obat ini tidak boleh dibeirkan kepada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.

2. Pemantauan Serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan XII tahun pertama \, dan setiap 6 bulan per tahun kedua.

3. Non medikamentosa

Memberikan pendidikan kepada px dengan menjelaskan hal-hal sebagai beriut :

- Bahaya PKTS dan Komplikasinya

- Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan.

- Cara penularan PKTS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.

- Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindarkan lagi.

- Cara-cara menghindari infeksi PKTS di masa datang.

B. KONSEP KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

1. Identitas

Sifilis bisa menyerang pada semua usia dan jenis kelamin.

2. Keluhan Utama

Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat adanya penyakit sifilis pada anggota keluarga lainnya sangat menentukan.

6. Pengkajian Persistem

a. Sistem integumen

Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula.

b. Kepala dan Leher

Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala

Mata : Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial).

Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung dan palatum.

Telinga : Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian.

Mulut : Pada sifilis kongenital, gigi hutchinson (incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti obeng).

Leher : Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.

c. Sistem Pernafasan

d. Sistem kardiovaskuler

- Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit jantung reumatik sebelumnya.

e. Sistem penceranaan

- Biasanya terjadi anorexia pada stadium II.

f. Sistem muskuloskeletal

Pada neurosifilis terjadi athaxia.

g. Sistem Neurologis

Biasanya terjadi parathesia.

h. Sistem perkemihan

Biasanya terjadi gangguan pada sistem perkemihan.

i. Sistem Reproduksi

Biasanya terjadi impotensi.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang kemungkinan muncul pada diagnosa sifilis

1. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan.

3. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman.

4. Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx 1 :

Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis.

Kriteria hasil : Kembalinya kulit normal.

Intervensi dan rasional :

1. Anjurkan menggunakan baju katun dan hindari baju ketat.

R/ : Menurunkan iritasi

2. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat.

R/ : Untuk menyeimbangkan cairan.

3. Berikan dengan latihan rentang gerak.

R/ : Mencegah kerusakan lebih lanjut.

4. Kolaborasi dengan tim medis lain.

R/ : Untuk mempercepat proses penyembuhan.

Dx 2 :

Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan.

Kriteria hasil : Nyeri berkurang

Intervensi dan Rasional :

1. Kaji tingkat nyeri

R/ : Untuk mengetahui rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.

2. Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi.

R/ : Tekhnik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri.

3. Berikan posisi yang nyaman

R/ : posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan nyeri.

4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat golongan penisilin.

R/ : Memberikan penurunan rasa nyeri.

Dx 3 :

Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman.

Kriteria hasil : Suhu tubuh normal (36 – 37o)

Intervensi dan Rasional

1. Anjurkan pasien untuk memakai baju tipis.

R/ : Agar terjadi pemindahan panas.

2. Pantau suhu tubuh pasien

R/ : Mengetahui adanya infeksius akut.

3. Beri pasien kompres hangat.

R/ : Untuk menurunkan suhu tubuh.

4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat anti piretik.

R/ : Untuk mengurangi demam / menurunkan suhu tubuh

Dx 4 :

Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh.

Kriteria hasil :

- dapat mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi.

- Mengenali penggabungan peruaban dalam konsep diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri negatif.

Intervensi dan Rasional :

1. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa marah.

R/ : Membantu pasien untuk mengenal dan mulai memahami perasaan.

2. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik.

R/ : Membantu peningkatkan [erasaan harga diri dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan.

3. Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada klien melakukan sesuatu untuk dirnya sendiri.

R/ : membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri sendiri dan meningkatkan proses rehabilitasi.

IV. EVALUASI

1. Apakah integritas kulit klien sudah kembali normal / baik ?

2. Apakah gangguan rasa nyaman (nyeri) klien teratasi ?

3. Apakah suhu tubuh klien kembali normal ?

4. Apakah gangguan gambaran diri klien sudah teratasi ?

DAFTAR PUSTAKA

- Mansjoer Arif ; 2000 ; Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 2 ; Media aesculapius ; Jakarta.

- Daili Fahmi Syaiful ; 2003 ; Penykit Menular Seksual ; FKUI ; Jakarta.

- Doenges E. Marillyn ; 1999 ; Rencana Asuhan Keerawtan, Edisi 3 ; EGC ; Jakarta.

- Compenito J. Lynda ; 1999 ; Rencana Asuhan Keperawatan ; Edisi 2 ; EGC ; Jakarta.

- Ramali Ahmad. Med. Dr. ; 2000 ; Kamus Kedokteran ; Djambatan ; Jakarta.

PASIEN HIPERTIROIDISME



ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN HIPERTIROIDISME

A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN

Hipertiriodisme adalah tiroksikosis sebagai akibat produksi tiroid itu sendiri.

2. ETIOLOGI

- Primer :

· Goiter diffus toksik (penyakit grave)

· Adenoma

· Goiter multi nodular toksik

· Tiroksikosis

· Kanker tiroid

- Sekunder / tersier :

· Hiperfungsi hipofise / hipotalamus

· Beberapa tumor ovarium

· Penggunaan tiroid berlebihan

3. PATOFISIOLOGI

Penyebab hipertiroidisme antara lain adalah goiter nodular toksik, adenoma toksik (jinak), karsinoma tiroid, tiroiditis sub akut dan kronis dan ingesti TH. Patofis dibalik manifestasi penyakit hipertiroid dapat dibagi menjadi 2 kategori : (1) yang sekunder akibat rangsangan berlebihan sistem saraf adrenergik (2) yang merupakan akibat tingginya kadar TH yang bersikulasi. Akibatnya dari hipertiroid antara lain takikardia, peningkatan curah jantung.

4. MANIFESTASI KLINIS

· Penurunan BB, lemah, diare

· Status mental : ansietas, kurang berkonsentrasi, gelisah, emosi

· Sistem saraf : tremor, peningkatan reflek tendon, penurunan koordinasi

· Sistem kardiovaskuler : takikardia, peningkatan tekanan darah, angina, aritmia, gagal jantung

· Perubahan otot dan tulang : kelemahan otot, atropi, osteoporosis

· Perubahan kulit : hangat, lembab, intoleransi terhadap panas, keringat berlebihan

· Perubahan seksual : amenore, penurunan libido

· Pembesaran tiroid

5. DIAGNOSTIK TEST

a. Test kadar serum T4 : Mengukur tiroksin sirkulasi yang bebas dan terikat ; normalnya 3 – 7 mg / 100 ml

b. Test kadar serum T3 : Mengukur T3 terikat; normal 100 – 170 ug / 100 ml

c. Test T3 Resin Uptake (T3U) : Mengukur perubahan kadar tiroid binding protein; normal 25% - 30% - T3 Radioaktif berikatan dengan Resin

d. Test TSH Radiomunoassay : membantu membedakan hipertiriodisme primer dan sekunder

e. Scan tiroid : mengetahui ukuran, bentuk dan fungsi anatomi kelenjar dan area

f. BMR : untuk mengevaluasi terapi, normal – 15% - + 15% pada pasien hipertiroidisme > + 15%, < - 15%

6. PENATALAKSANAAN

· Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antitiroid seperti propiltiourasil atau metimazol, yang diberikan paling sedikit selama 1 tahun. Obat ini menghambat sintesis dan pelepasan tiroksin

· Pembedahan tiroidektomi subtotal sesudah terapi propiltiourasil pra bedah

· Pengobatan dengan yodium radioaktif

7. KOMPLIKASI

Kerusakan saraf laringeal, edema atau spasme pita suara, dan tetani

ASKEP PADA HIPERTIROIDISME

I. Pengkajian

a. Umur, nama, jenis kelamin, tempat tinggal

b. Keluhan utama : biasanya px mengeluh seperti BB turun meskipun nafsu makan meningkat, diare, tidak tahan terhadap panas, berkeringat banyak, palpitasi, nyeri dada.

c. Riwayat penyakit sekarang

P : tanyakan penyebab utama ? biasanya penyebab utama antara lain infeki kelenjar tiroid atau pengobatan

Q : px biasanya lemah, resi nyeri di mata

R : rasa sakit pada daerah orbita, thorak dan nafsu makan menurun

S : biasanya aktifitas px terganggu sehubungan dengan K/u yang lemah

T : waktu serangan

d. Riwayat penyakit dahulu

Biasanya px pernah mendapat pengobatan dengan hormon tiroid yang berlebihan

e. Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan apakah keluarga px pernah mengalami penyakit yang sama, atau penyakit lainnya seperti DM, HT, dll.

f. Riwayat psikososial dan spiritual

- Psikologi px sangat gelisah, emosilabil, nervous/gugup

- Spiritual : biasanya px akan terganggu ibadahnya

II. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : lemah

TD : tekanan darah biasanya meningkat

BB : pada px hipertiriodisme biasanya terjadi BB yang turun

N : meningkat

2. Pengkajian Persistem

a. Sistem integumen

b. Sistem pencernaan

c. Sistem mukuluskeletal

d. Sistem pernapasan

e. Sistem kardiovaskular

f. Metabolik

g. Sistem neurologi

h. Sistem reproduksi

i. Psikologi / emosi

III. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung yang b/d penurunan waktu pengisian diastolik sebagai akibat peningkatan frekuensi jantung

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang b/d efek hiperkatabolisme

3. Perubahan persepsi sensoris (penglihatan) yang b/d gangguan perpindahan impuls sensoris akibat ofthalmopati

IV. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Dx : Penurunan curah jantung yang b/d menurunnya waktu pengisian diastolik sebagai akibat dari peningkatan frekuensi jantung

Tujuan :

Fungsi kardiovaskular kembali normal

Intervensi keperawatan :

1. Observasi setiap 4 jam TTV

R/ : untuk mengetahui keadaan px

2. Anjurkan px untuk istirahat

R/ : dengan istirahat dapat memulihkan keadaan px

3. Kolaborasi dengan tim medis

R/ : dengan pemberian terapi dapat mempercepat penyembuhan px

2. Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang b/d efek hiperkatabolisme

Tujuan :

Setelah perawatan di rumah sakit, kx akan mempertahankan status nutrisi yang optimal.

Intervensi keperawatan :

1. Berikan makanan sedikit tapi sering

R/ : memenuhi kebutuhan nutrisi px

2. Timbang BB secara teratur setiap 2 hari sekali

R/ : untuk mengetahui perkembangan px

3. Kolaborasi dengan gizi

R/ : dengan terapi dapat mempercepat penyembuhan px

3. Dx : Gangguan persepsi sensoris (penglihatan) yang b/d gangguan transmisi impus sensori sebagai akibat oftalmopati

Tujuan :

Kx tidak mengalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi trauma/cedera pada mata.

Intervensi keperawatan :

1. Anjurkan pada kx bila tidur dengan posisi elevasi kepala

R/ :

2. Basahi mata dengan borwater steril

R/ : mencegah terjadinya infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Sulvia A. Price & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 1995. EGC : Jakarta.

Rumahorbo Hotma, SKp. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. 1997. EGC : Jakarta.

Barbara C. Long. Perawatan Medikal Bedah. 1996. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan : Bandung.